Ilustrasi vaksin dan imunisasi.

Lihat Foto

campak yang mengkhawatirkan dan tajam di Amerika Serikat dan seluruh dunia.

Sebuah koalisi ahli virologi manusia dan hewan, yang secara kolektif merupakan bagian dari Jaringan Virus Global (GVN) dari lebih dari 40 negara, mengatakan bahwa lonjakan kasus ini disebabkan oleh menurunnya tingkat vaksinasi.

Peningkatan kasus ini mengikis kemajuan kesehatan masyarakat yang telah dicapai selama beberapa dekade terakhir.

Mengutip Down to Earth, Jumat (18/7/2025), campak, salah satu virus paling menular yang diketahui manusia, kini menyebar di seluruh AS.

Negara ini baru-baru ini melaporkan jumlah kasus tertinggi yang tercatat dalam 30 tahun terakhir. Ada sekitar 1.300 kasus terkonfirmasi yang dilaporkan dari 40 negara bagian tahun ini saja.

Wabah ini menggarisbawahi betapa cepatnya virus dapat menyebar, terutama di antara anak-anak yang tidak divaksinasi. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan bahwa tingkat vaksinasi taman kanak-kanak telah turun di bawah 93 persen secara nasional selama tahun ajaran 2023-2024,” seperti yang ditulis dalam pernyataan GVN.

“Sementara pengecualian nonmedis telah naik ke rekor 3,3 persen. Angka-angka ini di bawah ambang batas 95 persen yang dibutuhkan untuk mencapai kekebalan kelompok guna mencegah wabah,” tulis pernyataan itu lagi.

Para ilmuwan juga mencatat bahwa kasus campak melonjak di Afrika, Eropa, dan Asia Tenggara, dan diperburuk oleh perang, pengungsian, sistem kesehatan yang lemah, dan program vaksinasi yang terganggu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC mencatat bahwa lebih dari 10,3 juta kasus dilaporkan di seluruh dunia pada tahun 2023, meningkat dari hanya 10.000 pada tahun 2022 alias melonjak 30 kali lipat.

Hampir setengah dari seluruh wabah besar ditemukan di Afrika. Di Eropa, 41 dari 53 negara di benua itu melaporkan kasus campak yang terkonfirmasi.

Robert Gallo, ketua Dewan Kepemimpinan Ilmiah dan salah satu pendiri GVN, juga memperingatkan bahwa seiring pulihnya perjalanan global pascapandemi COVID-19, wabah lokal dapat dengan cepat berubah menjadi ancaman internasional.

“Ini bukan hanya tentang campak, ini adalah peringatan tentang apa yang terjadi ketika kita lengah terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin,” ujarnya.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa campak bisa menyebabkan komplikasi serius. Jika tidak divaksinasi, 1-3 dari setiap 1.000 anak yang terinfeksi bisa meninggal, dan banyak yang bisa mengalami masalah kesehatan parah seperti pneumonia, diare, radang otak, atau tuli.

Ada juga risiko kondisi fatal seperti panensefalitis sklerosis subakut (SSPE) yakni suatu kondisi neurologis mematikan yang dapat muncul bertahun-tahun setelah infeksi.

Scott Weaver, Direktur Pusat Keunggulan GVN di Cabang Medis Universitas Texas dan Direktur Ilmiah Laboratorium Nasional Galveston, menambahkan bahwa setiap wabah campak merupakan kegagalan infrastruktur kesehatan masyarakat dan kepercayaan publik.

GVN pun mendesak vaksinasi segera bagi anak-anak yang belum divaksinasi dan orang dewasa dengan vaksin MMR yang aman dan efektif untuk melindungi masyarakat, terutama populasi rentan.

GVN juga menyerukan peningkatan kesadaran publik, peningkatan pengawasan wabah, dan sistem respons di tingkat lokal, nasional, dan global.




Upaya harus difokuskan pada masyarakat yang kurang terlayani dan pedesaan, di mana akses dan keraguan menimbulkan risiko yang lebih tinggi.

“Menurunnya cakupan imunisasi rutin sangat berbahaya, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi kemampuan dunia untuk menghadapi wabah virus di masa depan,” para ilmuwan menyimpulkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *