Acara Tumpek Uye tahun 2025 dipimpin langsung Gubernur Bali, Wayan Koster pada 12 Juli 2025 di Pura Sakenan, Pulau Serangan, Denpasar, Bali.

Lihat Foto

Bali yang memiliki makna mendalam terkait hubungan harmonis antara manusia, alam, dan satwa sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan.

Perayaan ini bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan pengejawantahan konsep kearifan lokal Bali yang menekankan pentingnya menjaga kesucian dan keharmonisan kehidupan yang berfokus pada pelestarian alam semesta dan isinya, termasuk satwa.

Seringkali perayaan ini diiringi kegiatan edukatif dan simbolik seperti pelepasan burung atau penanaman pohon yang semakin memperkuat komitmen terhadap pelestarian lingkungan secara menyeluruh.

Tumpek Uye adalah cerminan dari nilai-nilai luhur yang mengakar kuat dalam budaya Bali, menyerukan agar kita senantiasa hidup selaras dengan alam demi keberlangsungan bumi bagi generasi mendatang.

Acara Tumpek Uye tahun 2025 dipimpin langsung Gubernur Bali, Wayan Koster pada 12 Juli 2025 di Pura Sakenan, Pulau Serangan, Denpasar, Bali. 

Gubernur Koster menegaskan, perayaan ini bukan sekadar ritual, melainkan bagian dari filosofi hidup masyarakat Bali yang menghormati semua makhluk ciptaan Tuhan.

“Sad Kerthi adalah fondasi spiritual dan ekologis yang harus terus dijaga. Melalui Tumpek Uye, kita diajak untuk menyayangi dan melindungi satwa sebagai bagian dari kehidupan,” jelas Wayan Koster.

Acara Tumpek Uye di Pura Sakenan turut dihadiri Gubernur Wayan Koster, aktivis sosial dan lingkungan Eka Lestari Sinaga, Sekdaprov Dewa Made Indra, serta pejabat Pemprov Bali lainnya.DOK. ISTIMEWA Acara Tumpek Uye di Pura Sakenan turut dihadiri Gubernur Wayan Koster, aktivis sosial dan lingkungan Eka Lestari Sinaga, Sekdaprov Dewa Made Indra, serta pejabat Pemprov Bali lainnya.

Eka Lestari Sinaga yang dikenal aktif dalam gerakan lingkungan dan sosial dan turut hadir dalam perayaan ini menyampaikan, Tumpek Uye menjadi momentum penting memperkuat kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

“Ini bukan hanya tentang budaya, tapi juga tentang tanggung jawab kita sebagai manusia untuk menjaga alam dan semua makhluk hidup di dalamnya,” tegas Eka Lestari Sinaga.

Dia menyampaikan, kehadiran tokoh masyarakat, pemuka agama, dan generasi muda menunjukkan bahwa semangat Tumpek Uye telah meresap ke berbagai lapisan masyarakat.




Dia mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk meneladani nilai-nilai Tumpek Uye dalam kehidupan sehari-hari. “Mari kita jaga alam, hormati satwa, dan hidup selaras dengan semesta. Karena bumi bukan warisan nenek moyang, melainkan titipan untuk anak cucu kita,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *