Ilustrasi perpustakaan

Lihat Foto

universitas punya potensi besar untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Jika universitas lebih mudah dijangkau dan tersebar seperti perpustakaan, mereka bisa membantu masyarakat menghadapi krisis iklim dan masalah ekonomi.

Namun, studi menunjukkan banyak universitas kurang siap membantu masyarakat menghadapi krisis karena mereka sibuk berjuang untuk bertahan hidup secara finansial.

Lingkungan yang kompetitif dan kekurangan dana membuat universitas lebih fokus pada dirinya sendiri, bukan pada kepentingan publik atau aksi iklim, yang juga menyebabkan publik tidak lagi percaya pada mereka.

Misalnya, universitas yang kekurangan dana cenderung menerima uang dari industri bahan bakar fosil, yang menghambat aksi iklim. Akademisi yang sibuk dan mahasiswa berutang jadi kurang peduli isu lingkungan karena terbebani masalah finansial pribadi.

Kekurangan dana juga membuat universitas sulit berinteraksi dengan masyarakat dan memenuhi kebutuhan mereka.

Studi ini kemudian menemukan bahwa universitas adalah aset yang belum dioptimalkan untuk mengatasi ketidakadilan dan kerentanan akibat krisis iklim dan ekonomi.

Ini karena universitas terlalu fokus pada aspek keuangan, yang menghambat kemampuan mereka melakukan perubahan struktural penting untuk melawan perubahan iklim.

Makalah penelitian tersebut, yang berjudul “Universities, polycrisis and regional redistribution: The need for radical transformation” tersebut ditulis oleh Dr. Martin Sokol, seorang Associate Professor geografi ekonomi di Trinity College Dublin, dan Profesor Jennie C. Stephens, seorang Profesor Keadilan Iklim di ICARUS Climate Research Centre, Jurusan Geografi, National University of Ireland, Maynooth.

Universitas seringkali lebih mementingkan peringkat global daripada kondisi komunitas lokalnya. Cara seperti ini tidak bisa terus berlanjut jika kita ingin menciptakan masyarakat yang sehat dan berkelanjutan di masa depan,” ungkap Dr. Sokol, dikutip dari Phys, Rabu (16/7/2025).

Studi ini menyarankan agar universitas didistribusikan lebih merata secara geografis dan fokus pada pembelajaran serta penelitian yang melibatkan komunitas.

Mereka mengusulkan “universitas keadilan iklim” yang menciptakan pengetahuan bersama untuk memenuhi kebutuhan lokal dan regional, berbeda dengan model universitas yang saat ini lebih berorientasi finansial.

Alih-alih menjadi institusi yang individualistis, mencari keuntungan, dan eksklusif, universitas keadilan iklim akan menjadi institusi dengan misi kolektif, inklusif, dan demi kebaikan publik.

Mereka akan berkolaborasi dengan masyarakat untuk menciptakan perubahan sosial, mengedepankan pendidikan gratis, inovasi sosial, dan kesejahteraan komunitas dibandingkan pendapatan universitas.

Studi ini pun menunjukkan bahwa diperlukan lebih banyak perhatian untuk memastikan investasi di universitas supaya selaras dengan kebaikan publik dan masa depan yang lebih adil dan stabil.

Penempatan universitas yang lebih merata secara geografis juga sangat dibutuhkan untuk membantu masyarakat di daerah yang rentan iklim.

“Struktur dan pendanaan universitas memiliki pengaruh besar terhadap prioritas masyarakat dan bagaimana kita bersama-sama mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang semakin disruptif,” ujar Profesor Stephens.

Analisis pertama dari studi ini diterbitkan dalam jurnal Review of Regional Research sebagai bagian dari edisi khusus berjudul “The changing role of universities in the context of regional sustainability transformations.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *