Ilustrasi kebakaran hutan.

Lihat Foto

kebakaran hutan yang tidak kita perkiraan sebelumnya.

Studi tersebut mengungkap, kebakaran hutan ternyata dapat mencemari sungai dan aliran air selama hampir satu dekade setelah terjadi peristiwa kebakaran itu.

Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran baru tentang dampak jangka panjang pada air minum dan kesehatan ekosistem.

Temuan didapat setelah para peneliti menganalisis lebih dari 100.000 sampel air dari cekungan sungai yang terbakar dan tidak terbakar di AS.

Temuan yang dirinci dalam jurnal Nature Communications Earth & Environment ini juga merupakan analisis skala besar pertama mengenai kualitas air pasca kebakaran hutan di AS bagian barat, wilayah yang semakin rentan terhadap kebakaran hutan yang intens dan sering terjadi akibat perubahan iklim.

Hasil analisis kemudian mengungkap bahwa kontaminan seperti nitrogen, fosfor, sedimen, dan karbon organik tetap tinggi selama bertahun-tahun setelah kebakaran, jauh lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Butuh waktu dua tahun, hingga delapan tahun, agar efeknya benar-benar terasa,” kata Ben Livneh, profesor madya di University of Colorado Boulder dan salah satu penulis studi tersebut, dikutip dari Independent, Senin (30/6/2025).

Tim menemukan bahwa sementara beberapa polutan mencapai puncaknya dalam satu hingga lima tahun pertama, yang lain bertahan lebih lama.

Nitrogen dan sedimen tetap meningkat secara signifikan hingga delapan tahun setelah kebakaran, terutama di wilayah hutan.

Peneliti juga menemukan bagaimana daerah aliran sungai merespons kebakaran hutan.

Beberapa daerah aliran sungai hanya mengalami perubahan yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Sementara yang lainnya mengalami peningkatan sedimen hingga 2000 kali lipat dari jumlah normal.

“Beberapa aliran sungai benar-benar bersih dari sedimen setelah kebakaran hutan, dan beberapa aliran sungai memiliki sedimen 2000 kali lebih banyak,” papar penulis utama studi Carli Brucker.

Terdapat banyak sekali variabilitas dalam laju sedimentasi. Variasi ini terkait dengan lokasi kebakaran, jenis tanah, vegetasi, dan pola curah hujan.

Kebakaran yang lebih dekat dengan sungai misalnya, memiliki dampak yang lebih dramatis.

Para peneliti pun berharap temuan mereka dapat membantu pengelola air merencanakan musim kebakaran di masa mendatang dengan lebih baik.

Aktivitas kebakaran hutan global telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh kekeringan yang berkepanjangan dan menyusutnya lapisan salju yang disebabkan oleh krisis iklim.

Di AS sendiri, hampir 65.000 kebakaran hutan membakar 8,9 juta hektar pada tahun 2024 saja sementara Inggris telah mengalami lonjakan kebakaran hutan hampir 717 persen tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024.

Data satelit menunjukkan kebakaran ekstrem telah meningkat lebih dari dua kali lipat di seluruh dunia selama dua dekade terakhir, dengan musim kebakaran yang lebih panjang dan gelombang panas yang lebih sering mendorong kondisi kebakaran melampaui norma historis.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa tanpa pengurangan emisi yang mendesak dan perencanaan ketahanan, skala dan intensitas kebakaran hanya akan memburuk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *