Ilustrasi Ikan napoleon (Cheilinus undulatus),

Lihat Foto

Ikan napoleon (Cheilinus undulatus), salah satu spesies penting yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem terumbu karang, kini menghadapi ancaman serius akibat aktivitas pertambangan di wilayah pesisir.

Pakar biologi kelautan dari IPB University, Mohammad Mukhlis Kamal, menjelaskan bahwa ikan napoleon bukan hanya menarik secara biologis, tetapi juga memainkan peran kunci dalam ekosistem laut.

Spesies ini dikenal sebagai salah satu ikan karang terbesar di dunia, namun pertumbuhannya yang lambat dan usia kematangan reproduktif yang lama membuatnya sangat rentan tertangkap sebelum sempat berkembang biak.

“Ikan ini membantu mengendalikan populasi invertebrata seperti moluska dan krustasea, serta menjadi indikator lingkungan laut yang sehat,” ujar Mukhlis sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis IPB, Selasa (1/7/2025).

Ia menambahkan bahwa populasi ikan napoleon sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, termasuk kerusakan atau pencemaran terumbu karang.

Menurutnya, aktivitas pertambangan bisa merusak habitat terumbu karang melalui sedimentasi, polusi, dan peningkatan kekeruhan air yang mengganggu perilaku makan dan komunikasi ikan. Selain itu, perubahan kimia air laut akibat logam berat dari tambang juga dapat meracuni ikan ini dan mengganggu rantai makanan laut.

“Jika rantai makanan terganggu, ketersediaan pakan untuk ikan napoleon dan spesies lainnya pun ikut terdampak,” lanjut Mukhlis.

Dampak ekologis ini tidak berhenti di terumbu karang. Polusi tambang juga berisiko mencemari padang lamun dan hutan bakau, serta mengubah dinamika sedimen di pesisir. Hal ini bisa memicu gangguan pada proses erosi dan sedimentasi, yang akan turut ikut memengaruhi keseimbangan habitat laut.

Dalam jangka panjang, Mukhlis memperingatkan, kerusakan ini bisa menyebabkan penurunan biodiversitas laut serta merugikan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya laut.

Di sisi lain, penangkapan terhadap ikan napoleon juga menjadi ancaman. Menurut Mukhlis, individu yang sering tertangkap umumnya masih berusia muda, yang secara langsung mengganggu kelangsungan populasinya di alam.

Ia menjelaskan bahwa ikan napoleon merupakan spesies hermafrodit, memiliki organ reproduksi jantan dan betina, yang mengalami perubahan jenis kelamin dari betina menjadi jantan seiring usia dan pertumbuhan. Jika terlalu banyak individu betina tertangkap, keseimbangan populasi terganggu dan proses reproduksi pun terancam gagal.

Karena itu, Mukhlis menekankan pentingnya tindakan konservasi, baik melalui pembentukan kawasan perlindungan laut maupun pengaturan ketat terhadap penangkapan ikan napoleon.

“Upaya ini tidak hanya menyelamatkan spesies ini, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem laut secara keseluruhan,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *