
perubahan iklim kerap kali dianggap bersumber dari pihak penyangkal iklim, mereka yang tidak terekspos pesan, dan yang kurang berpendidikan.
Namun, laporan International Panel on the Information Environment (IPIE) yang berbasis analisis sistematis lebih dari 300 publikasi ilmiah menunjukkan sebaliknya.
Misinformasi perubahan sengaja disebarkan oleh mereka yang berpendidikan dan kreatif menyusun pesan yang pada akhirnya menguntungkan pihaknya sendiri.
Menurut laporan IPIE yang terbit pada Juni 2025 tersebut, pihak-pihak tersebut utamanya adalah korporasi besar, lembaga pemerintahan, serta partai politik.
Laporan itu menunjukkan bahwa taktik penyebaran misinformasi iklim berubah dari sekadar menyangkal menjadi secara strategis berusaha skeptis terhadap perubahan iklim.
Contoh, manakala seorang ilmuwan menyampaikan manfaat ekonomi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, pihak lain berupaya mendiskreditkan dan mempertanyakan manfaat ekonomi tersebut.
Contoh lain, laporan menyebut, perusahaan bahan bakar fosil berupaya melakukan greenwashing pada jejak karbon mereka.
Misinformasi perubahan iklim menyebar lewat media tradisional maupun media sosial, menarget siapa pun audiens-nya.
Meski demikian, pihak yang berperan sebagai pengambil kebijakan merupakan target utama misinfornasi perubahan iklim tersebut.
Untuk menarget pengambil kebijakan, misinformasi bukan hanya disebarkan via pesan-pesan umum seperti berita dan posting media sosial.
Misinformasi juga disebarkan lewat konferensi ilmiah, laporan keberlanjutan, policy brief hingga beragam forum networking.
Laporan menyebut bahwa penyebaran misinformasi secara sistematis itu mendisrupsi upaya mengatasi perubahan iklim.
Apa yang perlu dilakukan menjadi kabur. Langkah strategis akhirnya menemui jalan buntu. Upaya untuk mengatasi krisis iklim pun jadi lambat.
IPIE mengusulkan 4 langkah strategis untuk menyelesaikannya. Pertama, standardisasi laporan keberlanjutan atau emisi karbon.
Kedua, langkah strategis memonitor klaim keberlanjutan oleh korporasi maupun pemerintah. Sayangnya, kini langkah ini pun sulit dilakukan.
Ketiga, memperkuat komunitas yang bisa membantah klaim-klaim atau misinformasi perubahan iklim yang disebarkan korporasi dan lembaga pemerintahan.
Terakhir, meningkatkan literasi media dan sains publik. Diharapkan, publik bisa mempertanyakan ragam pesan salah yang disebarkan.