
Communications Earth & Environment menemukan bahwa amonia yang dilepaskan dari guano alias kotoran penguin dapat membantu mengatasi perubahan iklim.
Mengapa bisa begitu?
Menurut peneliti, uap amonia dari tumpukan kotoran di koloni penguin Antartika yang padat membantu meningkatkan pembentukan awan yang kemudian membantu pendinginan dengan memantulkan sinar matahari menjauh.
“Ini menunjukkan hubungan yang mendalam antara ekosistem dan proses atmosfer,” kata Matthew Boyer di Universitas Helsinki di Finlandia, seperti dikutip dari New Scientist, Senin (26/5/2025).
Keterkaitannya begini…
Untuk membentuk awan, uap air harus mengembun di sekitar partikel berukuran besar. Namun, partikel tersebut sulit ditemukan di udara Antartika yang dingin dan bersih.
Tanpa banyak debu, tumbuhan, atau polusi udara di sekitarnya, sebagian besar partikel yang tersedia untuk awan adalah gugusan molekul asam sulfat yang dihasilkan sebagai akibat emisi alami dari fitoplankton di perairan di sekitar benua.
Akan tetapi, konsentrasi amonia yang tinggi telah diketahui mempercepat pembentukan gugusan ini hingga seribu kali lipat.
Boyer dan rekan-rekannya mengukur konsentrasi amonia, asam sulfat, dan partikel yang lebih besar di udara sekitar tempat koloni penguin Adélie (Pygoscelis adeliae) yang beranggotakan 60.000 ekor hidup di Semenanjung Antartika.
Benar saja, ketika angin bertiup dari arah koloni, mereka menemukan konsentrasi amonia meningkat jauh di atas kadar yang ditemukan di udara yang datang dari arah lain.
Peningkatan amonia ini juga mendorong pembentukan partikel asam sulfat yang cukup besar untuk mengembunkan air di sekitarnya, dan mungkin membentuk awan. Efek ini bertahan selama berminggu-minggu setelah penguin meninggalkan koloni.
Lebih banyak awan, terutama di atas lautan, akan memiliki efek pendinginan dengan memantulkan sinar matahari dari permukaan Bumi.
Boyer mengatakan, hal ini juga menyiratkan bahwa penurunan populasi penguin, misalnya karena hilangnya es laut yang disebabkan oleh perubahan iklim, dapat memiliki efek pemanasan di seluruh Antartika dengan mengurangi tutupan awan.
Namun, pengukuran yang dilakukan dalam penelitian saat ini tidak cukup untuk memperkirakan besarnya dampak tersebut.
Penelitian lain menunjukkan bahwa dampaknya bisa signifikan. Misalnya, Jeffrey Pierce di Colorado State University dan rekan-rekannya menemukan amonia dari ekskresi puffin di Kutub Utara juga meningkatkan tutupan awan selama musim panas.
Mereka memperkirakan hal ini mengakibatkan efek pendinginan yang membatalkan sepertiga pemanasan akibat karbon dioksida di udara di seluruh wilayah.