
Mereka kemudian menemukan bahwa kelompok-kelompok tertentu lebih rentan terhadap kecemasan iklim dibandingkan yang lain.
Kelompok yang dimaksud adalah orang yang lebih muda dan perempuan, lalu individu dengan pandangan politik yang lebih condong ke kiri, serta orang dengan kekhawatiran mendalam tentang masa depan dan lingkungan, serta mereka yang sering terpapar konsekuensi perubahan iklim dan informasi terkait.
Keyakinan bahwa perubahan iklim adalah ancaman nyata dan membawa risiko signifikan, serta persepsi akan konsensus di antara ilmuwan iklim mengenai penyebab dan bahaya pemanasan global, juga berkaitan erat dengan kecemasan iklim.
“Kecemasan iklim berkorelasi negatif dengan kesejahteraan. Kendati demikian, bisa juga menjadi motivator kuat bagi individu maupun masyarakat untuk mengambil tindakan positif demi melindungi lingkungan dan mendukung kebijakan iklim,” kata penulis utama makalah tersebut, Dr. Clara Kühner dari Wilhelm Wundt Institute of Psychology di Universitas Leipzig, dikutip dari Phys, Rabu (25/6/2025).
Krisis iklim dan konsekuensinya menakutkan bagi banyak orang.
Karena banyak orang merasa takut, fenomena kecemasan iklim atau ketakutan dan kekhawatiran akibat perubahan iklim, mulai menarik perhatian luas dan juga menjadi fokus dalam dunia penelitian ilmiah.
Namun data dan temuan terkait kecemasan ini masih terfragmentasi dan belum pernah dianalisis secara menyeluruh sebelumnya.
Analisis meta baru ini, yang mengkaji hubungan antara kecemasan iklim dan 33 faktor lain yang relevan, dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum kepada para peneliti dan praktisi tentang potensi dampak dan kemungkinan terjadinya kecemasan iklim.
Analisis tersebut mencakup 94 studi utama dengan total 170.747 peserta dari 27 negara.
“Temuan ini menunjukkan bahwa kecemasan terhadap iklim adalah pedang bermata dua. Kecemasan dapat mengganggu kesejahteraan, tetapi juga dapat menjadi pendorong aksi iklim,” kata salah satu penulis, Profesor Hannes Zacher dari Universitas Leipzig.
Para peneliti pun merekomendasikan dukungan yang ditargetkan bagi mereka yang sangat rentan terhadap kecemasan iklim, seperti kaum muda atau mereka yang sering dihadapkan pada isu ini.
Salah satu caranya adalah dengan melibatkan tokoh masyarakat seperti politikus, jurnalis, dan pemimpin bisnis untuk membantu masyarakat menyalurkan kecemasan iklim menjadi tindakan yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi krisis iklim.
Lebih lanjut, Mengingat minat publik dan akademis yang kuat terhadap kecemasan iklim, meta-analisis ini akan diperbarui secara berkala dengan data baru dalam beberapa tahun mendatang.
Beberapa temuan juga akan dieksplorasi lebih mendalam misalnya, hubungan yang masih belum jelas antara pengetahuan tentang perubahan iklim dan kecemasan iklim.
Studi baru ini diterbitkan di jurnal Global Environmental Change.