Kakatua Jambul Kuning

Lihat Foto

perubahan iklim mengancam populasi alami kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea occidentalis) yang saat ini hanya tersisa 51 ekor di Pulau Moyo, Nusa Tenggara Barat.

“Populasi 51 ekor yang terbilang kecil seperti itu dengan adanya perubahan iklim global rentan terjadi kepunahan,” kata Wayan dalam kegiatan konsultasi publik akhir penyusunan dokumen peta jalan konservasi kakatua kecil jambul kuning di Mataram, Rabu (18/6/2025) seperti dikutip Antara.

Ia menuturkan perubahan iklim global yang mempengaruhi suhu dan lingkungan dapat memperkecil peluang telur menetas menjadi anakan kakatua kecil jambul kuning. Pulau Moyo adalah habitat kunci bagi burung yang membangun sarang dengan cara melubangi pohon tersebut.

Satwa yang hidup alami di alam dapat terganggu akibat perubahan suhu, pola curah hujan, hingga peningkatan frekuensi cuaca ekstrem. Kondisi itu tidak hanya mengganggu kemampuan reproduksi, tetapi juga habitat dan ketersediaan pakan.

Selain perubahan iklim, ancaman langsung yang juga mengganggu populasi burung kakatua kecil jambul kuning adalah perburuan ilegal dan kerusakan serta kehilangan habitat alami.

Dia menekankan pentingnya upaya konservasi, pengelolaan habitat, dan edukasi masyarakat untuk mengurangi ancaman perubahan iklim bagi burung kakatua kecil jambul kuning di Taman Nasional Moyo Satonda yang terletak di Pulau Sumbawa.

“Burung kakatua kecil jambul kuning di Pulau Moyo tidak saja membuat sarang di area taman nasional. Saya melihat banyak yang membuat sarang pada pohon-pohon yang ada di lahan-lahan milik masyarakat,” kata Wayan yang mengajar mata kuliah biologi tersebut.

Berdasarkan data hasil pengamatan langsung yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nusa Tenggara Barat pada tahun 2024, jumlah populasi kakatua kecil jambul kuning hanya tersisa 51 ekor yang dijumpai pada beberapa titik pengamatan berupa bagian selatan, timur, dan barat Pulau Moyo.

Satwa yang memiliki nama ilmiah itu memiliki tubuh yang kecil sekitar 33 sampai 35 centimeter dengan warna bulu didominasi putih, jambul berwarna kuning, dan paruh berwarna hitam melekung tajam serta kuat.

Lebih lanjut Wayan menuturkan, data yang saat ini tersedia hanya terkait jumlah populasi, sehingga butuh banyak penelitian ilmiah lainnya agar upaya konservasi tidak hanya bicara subjektif tentang pemulihan dan perlindungan melainkan juga data.

Kepala BKSDA NTB Budhy Kurniawan menyampaikan saat ini pihaknya sedang menyiapkan peta jalan konservasi kakatua kecil jambul kuning di Taman Nasional Moyo Satonda. Peta jalan itu sudah memasuki tahap konsultasi publik dan ditargetkan rampung pekan depan.

“Kami berharap dokumen peta jalan menjadi pedoman kegiatan konservasi kakatua kecil jambul kuning. Keterlibatan berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk mendukung pelestarian spesies tersebut,” pungkas Budhy.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *