Salah seorang pengemudi terpaksa mendorong motornya yang mogok akibat banjir rob di Pantura Sayung, Kabupaten Demak, Jumat (23/5/2025).

Lihat Foto

Banjir rob kerap melanda kawasan permukiman di pesisir akibat pasang laut, perubahan iklim, serta penurunan muka tanah.

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Yonvitner, mengungkapkan bahwa pendekatan berbasis alam dan teknologi diperlukan sebagai langkah mitigasi maupun adaptasi banjir rob.

Hal itu bisa dilakukan dengan membangun dan memperkuat tanggul pantai. Kemudian memperluas penanaman mangrove untuk menahan gelombang laut.

“Kedua, mengendalikan pengambilan air tanah guna mencegah penurunan muka tanah lebih lanjut,” ujar Yonvitner, dalam keterangannya, Rabu (11/6/2025).

Selanjutnya, membangun permukiman adaptif berupa rumah terapung bagi masyarakat yang tinggal di zona rawan. Terakhir, meningkatkan literasi masyarakat terkait langkah evakuasi dan pengelolaan kawasan pesisir.

“Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan inovatif, seperti sistem peringatan dini dan desain infrastruktur tahan rob untuk mengurangi dampaknya,” jelas Yonvitner.

Menurut dia, banjir rob merupakan ancaman serius bagi wilayah pesisir. Bencana ini mengganggu aktivitas masyarakat, merusak infrastruktur, mengancam kesehatan, serta berdampak pada perekonomian lokal.

“Banjir rob seperti tsunami yang datang perlahan. Meski tidak sebesar tsunami, dampaknya bisa lebih luas jika terjadi berulang dalam waktu lama,” papar Yonvitner.

Dia menuturkan bahwa selain faktor alam, aktivitas manusia seperti reklamasi pantai dan eksploitasi air tanah memperburuk banjir rob. Reklamasi yang tidak memperhitungkan kenaikan muka air laut justru berisiko menciptakan genangan baru di sekitarnya.

“Reklamasi tanpa kajian yang matang bisa menurunkan muka tanah. Jika ini tidak disertai dengan perencanaan adaptif, maka dapat menyebabkan bencana,” sebut dia.

Apabila terjadi terus-menerus, lanjut Yonvitner, bukan tidak mungkin rob akan menyebabkan masyarakat kehilangan mata pencahariannya.

Pembangunan Giant Sea Wall

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, memastikan pihaknya tetap melanjutkan pembangunan giant sea wall atau tanggul laut raksasa.

Tujuannya, melindungi masyarakat pesisir dari banjir rob. Seperti diketahui, Presiden Prabowo Subianto sebelumnya mencanangkan pembangunan giant sea wall dari Cilegon, Banten hingga Gresik, Jawa Tengah.

“Kami membangun program giant sea wall dari Celegon sampai Gresik di Jawa Tengah untuk melindungi wilayah garis pantai dan utara beserta masyarakat yang tinggal di sana, juga di perbatasan laut di Jakarta Utara,” tutur Dody dalam acara International Conference Infrastructur di Jakarta Pusat.

Kementerian PU menggandeng Belanda dan Korea Selatan sejak 2016 untuk mengkaji pembangunan tanggul laut Cilegon-Gresik dengan jarak sejauh 946 kilometer.

Dody berpandangan, proyek tersebut membuka peluang investasi jangka panjang sekaligus untuk proyek bendungan yang telah diajukan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *