Ilustrasi sampah plastik

Lihat Foto

Oleh 

bioplastik’, plastik biodegradable, ‘ramah lingkungan’, atau ‘pasti terurai’?

Memakai kantong plastik dengan label-label itu mungkin selintas membuat kamu berpikir sudah membuat pilihan yang lebih baik bagi Bumi. Namun, pernahkah kamu berpikir apakah klaim tersebut benar adanya?

Riset membuktikan, plastik dengan label biodegradable sekalipun ternyata tidak bisa hancur secara keseluruhan dengan sendirinya di lingkungan terbuka.

Plastik biodegradable umumnya didefinsikan sebagai jenis plastik yang bisa diurai oleh mikroorganisme menjadi air, karbon dioksida, dan biomassa.

Plastik biodegradable terbagi menjadi dua kelompok, yakni:

  • Plastik yang terbuat dari bahan polimer alami atau bioplastik, seperti plastik olahan pati singkong, polylactic acid (PLA) dari pati jagung, dan polyhydroxyalkanoates (PHA) yang diproduksi oleh mikroba.
  • Plastik sintetis seperti oxo-biodegradable, yang diberi tambahan zat pro-oksidan agar lebih mudah terurai saat terkena panas atau terpapar sinar matahari.

Kemampuan kedua jenis plastik ini untuk terurai sangat bergantung pada jenis bahan dan lingkungan tempat plastik itu dibuang.

Contohnya, plastik berbahan PLA yang sering digunakan untuk alat makan sekali pakai, hanya bisa terurai secara optimal di fasilitas industri, dengan suhu tinggi di atas 58 derajat Celsius dan juga butuh mikroorganisme khusus untuk mengurainya. Dengan kata lain, jika plastik tersebut masuk tempat pembuangan biasa, maka nasibnya akan sama saja dengan sampah plastik biasa yang sulit terurai.

Sementara untuk jenis bioplastik berbasis pati singkong, penelitian kami yang dipublikasikan pada 2022 silam menunjukkan bahwa plastik tersebut bisa menyusut hingga 74 persen saat dikubur di tanah kompos selama 120 hari. Namun, butuh penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah jenis bioplastik ini memang bisa terurai sepenuhnya dalam jangka waktu tertentu, dan apakah ada potensi dampak lingkungan lebih lanjut.

Plastik sintetis seperti oxo-biodegradable lebih sulit lagi. Studi lain yang terbit di jurnal American Chemical Society menunjukkan, sebuah kantong plastik yang dilabel oxo-biodegradable masih tampak utuh setelah tiga tahun dikubur di tanah.

Pada akhirnya, plastik biodegradable, baik bioplastik maupun oxo-biodegradable tetap dapat menghasilkan limbah, sama dengan plastik konvensional. Limbah ini bisa berbentuk nanoplastik, dan bahkan dalam beberapa kasus menghasilkan mikroplastik lebih banyak dibandingkan dengan plastik biasa.

Sebuah studi yang terbit pada 2024 lalu membandingkan pembentukan mikroplastik dari plastik konvensional dan bioplastik pada saat penguraian dalam air. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata mikroplastik justru lebih banyak terbentuk dari bioplastik, sebab kemampuannya untuk terurai dalam air sangat rendah. Di perairan, bioplastik akan mengapung atau mengendap di badan air menjadi sedimen.

Sama seperti sampah plastik biasa, plastik biodegradable juga mengandung berbagai zat aditif atau bahan tambahan untuk meningkatkan kualitas produknya, seperti plasticizer (pelembut), flame retardant (penahan api), antioksidan, agen hidrofobik atau zat anti-air dan senyawa kimia berbahaya lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *