
Journal of Environmental Management menyoroti bagaimana ban yang terkikis akan melepaskan sejumlah zat berbahaya dan bisa mencemari ekosistem di perairan.
Peneliti khawatir efek polutan tersebut akan menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup di air dan lingkungan secara keseluruhan.
Menurut peneliti, partikel ban yang terkikis masuk ke sungai dan danau terutama melalui angin dan hujan.
Partikel-partikel ini bahkan menyumbang 50 persen hingga 90 persen dari seluruh mikroplastik yang mengalir dari jalan selama hujan.
Tidak hanya itu saja, studi juga menunjukkan bahwa 45 persen dari mikroplastik yang ditemukan di tanah dan air berasal dari abrasi ban.
Partikel ban yang terlepas ke lingkungan itu tidak hanya mikroplastik biasa, tapi juga membawa senyawa-senyawa berbahaya seperti logam berat (kadmium, seng) dan bahan kimia organik (seperti 6-PPD).
Dan mirisnya, begitu partikel-partikel ini masuk ke sungai atau danau, zat-zat beracun itu akan larut dan mencemari air, berpotensi membahayakan kehidupan di dalamnya.
Mengutip Phys, Jumat (4/7/2025), ban mobil bukan hanya terbuat karet, melainkan mengandung 2.456 senyawa kimia.
Yang mengkhawatirkan, 144 dari senyawa tersebut bisa larut keluar menjadi air lindi dan mencemari lingkungan. Di antara zat-zat yang larut ini, terdapat beberapa polutan organik yang berbahaya, seperti 6-PPD dan turunannya, yang dikenal beracun.
Selain itu, terdapat logam berat seperti seng dan mangan dalam jumlah yang cukup banyak, serta kadmium dan timbal. Zat-zat ini digunakan untuk perlindungan ozon, sebagai antioksidan atau peliat (plasticizer), dan sebagai agen vulkanisir, penguat, serta pengisi.
“Selama proses pelindian, abrasi ban melepaskan lebih banyak bahan kimia daripada termoplastik seperti PE. Kami juga berasumsi bahwa lebih banyak zat yang terlindi daripada yang sudah kita ketahui,” kata Prof. Hans-Peter Grossart, salah satu penulis studi tinjauan ini.
Partikel-partikel dari ban beserta zat-zat yang larut ini sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Itu bisa menyebabkan kerusakan sel, mengubah DNA, merusak sistem kekebalan tubuh, serta mengganggu cara makhluk hidup mencari makan, berkembang biak, dan bahkan bertahan hidup.
Partikel-partikel ini juga bisa mengubah jenis-jenis spesies yang hidup di air, mengurangi keanekaragaman hayati, dan mengganggu rantai makanan. Lebih jauh lagi, ini akan mengacaukan siklus penting seperti siklus karbon dan nitrogen, yang esensial untuk pembentukan biomassa dan ketersediaan nutrisi di ekosistem tersebut.
Grossart juga menjelaskan bahwa masalah partikel ban yang mencemari lingkungan akan semakin parah akibat dampak perubahan iklim seperti pemanasan global dan pengasaman air.
Kondisi ini tidak hanya membuat racun dari partikel ban lebih berbahaya, tapi juga mengganggu mikroorganisme, siklus nutrisi, dan kemampuan ekosistem untuk pulih.