Ilustrasi anak sekolah

Lihat Foto

Karenanya, Ben mengatakan bahwa sekolah harus berkontribusi mengedukasi para pelajar agar krisis sampah bisa diatasi.

“Sekolah punya banyak potensi, nggak perlu tunggu sempurna dulu untuk bergerak. Yang penting mulai,” katanya.

Jika edukasi dilakukan secara dengan kompak, masif dan berkelanjutan, pasti krisis sampah ini dapat diatasi.

“Misalnya menyediakan galon isi ulang di tiap kelas, jadi anak-anak nggak beli minuman botol plastik,” ungkap Wermter.

Siswa yang menunjukkan kepedulian pada sampah bisa diapreasiasi, misal dengan memberi pin daur ulang. 

Dalam acara Asri Menyapa di SMA 78 Jakarta pada Rabu (29/4/2025), Wermter menegaskan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya soal buang sampah pada tempatnya.

Pelajar perlu tahu bahwa pengelolaan sampah adalah soal kesadaran dan manajemen barang sejak awal digunakan.

Ben menjelaskan tentang pentingnya prinsip 3R—Reduce, Reuse, Recycle—yang harus menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. 

“Agar Indonesia tidak semakin banyak sampah. Pastikan, kita menggunakan barang yang tidak cepat jadi sampah,” katanya. 

Acara Asri Menyapa merupakan salah satu cara Wermter mengedukasi publik soal sampah.

Kini, dia juga mengembangkan pendekatan digital lewat SampApp, sebuah aplikasi edukasi berbentuk permainan yang dirancang untuk mengajarkan soal pengelolaan sampah secara menyenangkan kepada semua kalangan.

“Kita sekarang punya teknologi. Jadi edukasi lingkungan juga harus menyesuaikan. SampApp kami buat supaya kalian bisa belajar tentang sampah lebih mudah lewat gadget kalian masing-masing dan tentunya menyenangkan,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *