Didi dalam acara Kick-Off Program Akademi Sekolah Lestari (ASRI) bertajuk Bersemi Generasi Lestari, Senin (7/7/2025).

Lihat Foto

Perempuan dan komunitas anak muda dinilai memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan secara berkelanjutan.

Editor-in-Chief National Geographic Indonesia, Didi Kaspi Kasim, menjelaskan bahwa tim editorial National Geographic Indonesia telah menjalankan program Perempuan untuk Perubahan selama dua dekade.

Program ini secara konsisten menyoroti perempuan-perempuan pembawa perubahan di berbagai daerah.

“Selama 20 tahun itu, kami meliput tentang perempuan-perempuan pembawa perubahan. Dari situ kami bisa mengambil kesimpulan bahwa perempuan memang berperan penting terhadap perubahan,” ujar Didi dalam acara Kick-Off Program Akademi Sekolah Lestari (ASRI) bertajuk Bersemi Generasi Lestari, Senin (7/7/2025).

Salah satu contohnya adalah di kawasan Ekosistem Leuser, Aceh, yang dikenal sebagai rumah bagi flora dan fauna langka.

Menurut Didi, sebagian besar penjaga Leuser adalah perempuan. Begitu pula di Merauke, Papua, dalam praktik sasi, tradisi adat yang mengatur pengelolaan sumber daya alam, termasuk dalam upacara adat, yang dikoordinir oleh para perempuan.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

“Mama-mama di Papua yang mengoordinir itu semua. Perempuan memiliki kemampuan mengkoordinir tersebut, maka perubahan pada perbaikan lingkungan yang sistematik memerlukan peran perempuan,” jelasnya.

Ia menekankan, tanpa keterlibatan perempuan, hampir tidak mungkin terjadi perubahan menyeluruh, terutama dalam hal pelestarian lingkungan jangka panjang.

Tidak hanya perempuan, komunitas anak muda juga menjadi perhatian Didi dalam diskusi tentang keberlanjutan. Ia mengatakan bahwa anak muda sebagai populasi terbesar di Indonesia, bisa menjadi agen perubahan dengan dukungan sosial untuk bisa bergerak bersama.

“Mereka membutuhkan teman untuk membawa mereka bergerak ke arah yang lebih peduli lingkungan,” ujarnya.

Kabar baiknya, komunitas-komunitas itu sudah ada. Lebih lanjut, Didi menjelaskan beberapa contoh komunitas tersebut seperti Perkumpulan musisi muda di Bali yang menyuarakan isu lingkungan melalui musik.

Selain itu, ada Kebun Kumara, komunitas yang menggabungkan kegiatan berkebun dengan narasi adaptasi perubahan iklim, dan Regrow, komunitas yang mengangkat ide tentang menumbuhkan kembali apa yang telah dikonsumsi.

Didi juga mengatakan bahwa National Geographic Indonesia juga membentuk komunitas anak muda bernama Saya Pilih Bumi, yang aktif di berbagai daerah. Menurut Didi, komunitas-komunitas seperti ini perlu mendapat dukungan agar tetap menjaga fokus mereka terhadap isu lingkungan.

“Kita hanya perlu menjadi kontrol sosial atau kontrol bagi mereka untuk tetap pada jalurnya, agar tetap ada isu tentang penjagaan lingkungan dan perubahan perilaku yang lebih ramah lingkungan. Jangan sampai turun isunya,” ujarnya.

Senada dengan itu, Angga Adhitya Fritz Aradhana, Senior VP of Business Growth & Partnerships Rekosistem, menegaskan bahwa pemberdayaan perempuan sangat penting dalam pengelolaan sampah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *