Ilustrasi makanan yang bisa melawan dampak negatif mikroplastik.

Lihat Foto

mikroplastik ditemukan pada sampel urine, darah, dan amnion atau lapisan pembungkus embrio manusia.

Peneliti sekaligus mahasiswa Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang, Muhammad Alvin Alvianto, menyampaikan ada 76 partikel mikroplastik dalam 26 sampel yang digunakan.

“Lalu pada amnion sebanyak 117 partikel dalam 11 sampel, serta pada urine sebanyak 52 partikel dari sembilan sampel,” ujar Alvin dalam keterangannya, Rabu (16/7/2025).

Dia menjelaskan, penelitian dilakukan lantaran dunia tengah menghadapi kriris akibat plastik. Lebih dari 16.000 bahan kimia terdapat dalam produk plastik termasuk 5.776 zat aditif, 3.498 bahan pembantu proses, 1.975 bahan awal, dan 1.788 zat yang tidak sengaja ditambahkan.

“Setelah masuk ke tubuh, mikroplastik dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, kerusakan sel dan DNA, gangguan hormon, penurunan fungsi saraf, bahkan membahayakan janin karena sudah ditemukan dalam plasenta dan cairan amnion,” kata Alvin.

Partikel berupa PE dan PET dalam plastik berisiko menurunkan daya ingat dan konsentrasi, menyebabkan demensia, hingga memicu gejala depresi dan kecemasan.

Mikroplastik yang terdeteksi di air mani, testis, cairan folikel, dan endometrium juga mengakibatkan penurunan jumlah serta motilitas sperma, mengganggu hormon, mengancam kesuburan dan perkembangan embrio.

“Pada organ ekskresi dan selama kehamilan, mikroplastik ditemukan di plasenta, urine, dan cairan ketuban, menyebabkan stres oksidatif, kerusakan DNA janin, dan gangguan hormonal,” jelas Mahasiswa Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang, Paksi Samudro.

Di pencernaan, partikel tersebut masuk melalui makanan, menetap di usus, hati, pankreas, dan lambung lalu memicu inflamasi, kerusakan mukosa, resistensi insulin, dan terkait dengan kanker pankreas.

Sedangkan dalam darah dan sistem kardiovaskular berpotensi meningkatkan inflamasi sistemik, mengganggu pembekuan darah, menyebabkan aritmia, apoptosis sel jantung, fibrosis, serta meningkatkan risiko gagal jantung dan stroke.

Desakan ke Pemerintah

Karena itu, Ecoton dan Marapaima mendesak pemerintah menghentikan produksi dan peredaran plastik sekali pakai, mewajibkan pelabelan bahaya kesehatan pada produk plastik, serta memperkuat penegakkan regulasi terhadap bahan kimia berbahaya.

Kedua, meminta pengaturan serta penghentian impor sampah plastik. Lainnya, mendorong sistem isi ulang produk dan mendukung transisi menuju ekosistem tanpa plastik melalui kebijakan yang berpihak pada kesehatan maupun keberlanjutan.

“Kepada produsen penghasil plastik, kami menuntut tanggung jawab penuh atas limbah yang dihasilkan, penghentian produksi kemasan berlebih dan sekali pakai, serta pengembangan produk yang aman, transparan, dan dapat digunakan kembali,” ujar perwakilan Ecoton dan Marapaima.

Komunitas ini juga mengajak masyarakat menggunakan produk isu ulang, tidak menggunakan botol sekali pakai ataupun tutup gelas kertas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *