ilustrasi hutan bakau

Lihat Foto

El Nino dan La Nina memengaruhi hampir setengah dari hutan bakau dunia.

Temuan ini menggarisbawahi ekosistem pesisir yang vital ini rentan terhadap perubahan iklim.

Sebagai informasi, hutan bakau adalah semak atau pohon yang tumbuh di perairan asin atau payau pesisir.

Mengutip Phys, Senin (26/5/2025), penelitian yang dipublikasikan di Nature Geoscience ini didasarkan pada data satelit selama hampir dua dekade dari tahun 2001 hingga 2020.

Studi ini juga merupakan studi pertama yang menunjukkan pola skala global tentang bagaimana El Nino-Southern Oscillation (ENSO) memengaruhi pertumbuhan dan degradasi hutan bakau.

Sebelumnya, dampak hanya didokumentasikan di lokasi-lokasi tertentu seperti misalnya di Australia utara pada 2015 ketika lebih dari 40 juta pohon bakau musnah di garis pantai sepanjang 1.200 mil.

“Kami ingin tahu apakah peristiwa tersebut merupakan bagian dari pola yang lebih luas atau tidak,” kata Zhen Zhang, penulis utama studi dari Tulane School of Science and Engineering.

“Temuan kami mengonfirmasi bahwa ENSO memiliki dampak berulang berskala besar pada ekosistem mangrove di seluruh dunia,” katanya lagi.

El Nino merupakan pola iklim berupa suhu Samudra Pasifik dan pergeseran angin yang memengaruhi cuaca global dan membawa angin hangat ke Pasifik timur, La Nina membawa air dingin ke sana.

Perubahan ini mengganggu curah hujan, badai, dan suhu di seluruh dunia yang menyebabkan banjir, kekeringan, dan pergeseran aktivitas badai.

El Nino juga memicu pemutihan karang, kekeringan, kebakaran hutan, dan kini, para peneliti telah mengonfirmasi bahwa hal itu juga berperan besar dalam kesehatan mangrove.

Selama peristiwa El Nino, mangrove di Pasifik Barat mengalami degradasi yang meluas, sementara mangrove di Pasifik Timur mengalami peningkatan pertumbuhan. Hal yang sebaliknya terjadi selama peristiwa La Niña, dengan pertumbuhan di wilayah barat dan penurunan di wilayah timur.

Hutan bakau menyediakan layanan penting bagi ratusan juta orang di seluruh dunia, termasuk perlindungan dari badai, penyimpanan karbon, dan dukungan perikanan.

Namun, keberadaannya bergantung pada serangkaian kondisi lingkungan yang sempit, yang membuatnya sangat sensitif terhadap variasi iklim seperti El Nino.

“Bakau adalah salah satu ekosistem paling berharga di planet ini, namun keberadaannya berada dalam keseimbangan yang rapuh dengan lingkungannya,” kata Daniel Friess, salah satu penulis penelitian ini.

“Pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana habitat unik ini dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan akan membantu kita melestarikan dan memulihkannya, sekaligus mendukung masyarakat pesisir yang bergantung padanya,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *