
IPB University, Iman Rusmana, mengatakan bahwa bakteri pereduksi nitrat atau bakteri denitrifikasi mampu menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Dia menjelaskan, bakteri itu bisa menekan gas dinitrogen oksida (N2O) yang dampaknya lebih parah dibandingkan CO2.
“Gas tersebut merupakan salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global, karena 296 kali lebih tinggi dari CO2 dan dapat mengikis lapisan ozon,” kata Iman dalam keterangannya, Jumat (23/5/2025).
Iman mengungkapkan, sawah menjadi salah satu penyumbang emisi GRK terbesar. Sebanyak 15,8 persen emisi N2O berasal dari lahan pertanian, dan jumlahnya meningkat seiring penggunaan pupuk nitrogen.
Di lahan yang tergenang air seperti sawah, bakteri denitrifikasi menyumbang 85–90 persen emisi N2O. Iman berkata dalam siklus nitrogen, mikroorganisme khususnya bakteri memainkan peran penting dalam beberapa reaksi metabolisme nitrogen.
“Aplikasi bakteri pereduksi nitrat terpilih yang memiliki aktivitas mereduksi N2O tinggi dapat menurunkan emisi N2O di lahan sawah. Aplikasi bakteri pereduksi nitrat Ochrobactrum anthropi yang dikombinasikan dengan bakteri metanotrof atau pupuk NPK 25 persen anjuran, dapat menurunkan emisi gas N2O dan CH4 di lahan sawah,” papar Iman.
Tidak hanya di lahan sawah, penggunaan bakteri pereduksi nitrat memberikan manfaat signifikan untuk budi daya tambak udang. Pada tambak udang, senyawa amonia dan nitrit merupakan metabolit toksik bagi udang.
Iman menyampaikan, kandungan amonia yang tinggi berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi oksigen oleh jaringan dan mengurangi kemampuan darah dalam mengikat oksigen.
“Aplikasi bakteri pereduksi nitrat terseleksi dapat menjaga kadar amonia dan nitrit rendah, sehingga kualitas air tambak tetap terjaga baik yang menunjang kesehatan dan pertumbuhan udang,” ungkap Iman.
“Oleh karena itu, formulasi bakteri pereduksi nitrat terpilih ini dapat diaplikasikan oleh petambak udang untuk menjaga keberhasilan budidaya udang,” imbuh dia.