Ilustrasi Lumba-lumba

Lihat Foto

lumba-lumba di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Kemunculan mamalia laut ini dinilai sebagai pertanda bahwa laut Jakarta mulai membaik.

Menanggapi hal tersebut, Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia, Iqbal Herwata, menjelaskan bahwa lumba-lumba merupakan salah satu spesies sentinel, atau indikator biologis yang digunakan untuk mendeteksi perubahan atau ancaman terhadap ekosistem, kesehatan lingkungan, atau bahkan kesehatan manusia.

“Kehadiran, perilaku, atau kondisi fisiologis spesies ini memberikan informasi awal tentang adanya gangguan lingkungan seperti pencemaran, perubahan iklim, atau gangguan ekosistem lainnya,” ujar Iqbal kepada Kompas.com, Kamis (10/7/2025).

Karena itu, kemunculan lumba-lumba memang sering diasosiasikan dengan kondisi laut yang sehat. Namun, menurut Iqbal, kehadiran mereka saja tidak cukup untuk menyimpulkan bahwa laut Jakarta telah pulih.

Lumba-lumba tetap mungkin bertahan di lingkungan yang masih tercemar, meski dengan risiko kesehatan seperti akumulasi mikroplastik atau penyakit.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Ia menambahkan bahwa penilaian terhadap kesehatan laut perlu dilakukan secara lebih menyeluruh. Indikator yang digunakan mencakup kualitas air, seperti kadar oksigen, nutrien, dan polutan; keanekaragaman hayati; kelimpahan populasi ikan; tingkat pencemaran, termasuk plastik dan logam berat; serta kondisi ekosistem seperti terumbu karang dan mangrove.

Sementara itu, Indeks Kesehatan Laut Indonesia mengukur aspek-aspek tersebut secara terintegrasi, termasuk keberlanjutan perikanan, perlindungan habitat, dan layanan ekosistem. Namun, menurut Iqbal, hingga saat ini pihaknya belum memiliki data khusus untuk wilayah Jakarta karena penilaian masih dilakukan pada tingkat nasional.

Terkait alasan lumba-lumba bisa terlihat di wilayah urban seperti Jakarta, Iqbal menjelaskan bahwa sebagian besar spesies lumba-lumba bersifat kosmopolitan. Mereka tersebar luas di berbagai wilayah geografis dunia dan umumnya berada di habitat yang mendukung kebutuhan biologis mereka, mulai dari perairan tropis hingga sedang, termasuk wilayah pesisir dan laut lepas.

Kepulauan Seribu, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari daratan Jakarta dan Tangerang, memiliki kondisi lingkungan yang relatif mendukung, salah satunya karena ketersediaan makanan seperti ikan dan organisme laut lainnya.

Meski demikian, kedekatannya dengan wilayah urban juga membawa tekanan besar, mulai dari polusi termasuk mikroplastik, peningkatan lalu lintas kapal, hingga pembangunan pesisir yang dapat mengganggu atau menggeser keberadaan lumba-lumba dari habitat alaminya.

Di tengah tantangan tersebut, Iqbal menekankan pentingnya peran masyarakat lokal dalam menjaga habitat laut dan kelestarian lumba-lumba. Mereka dapat terlibat melalui pemantauan dan pelaporan satwa, menerapkan praktik perikanan yang ramah lingkungan, serta mendukung ekowisata berbasis konservasi.

Program edukasi dan kampanye kesadaran juga berperan penting dalam mendorong partisipasi aktif masyarakat, terutama generasi muda.

Selain itu, pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi juga dapat memperkuat rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap keberlanjutan ekosistem laut.

Iqbal juga menyampaikan bahwa kemunculan lumba-lumba ini dapat dimanfaatkan sebagai momentum strategis untuk mendorong kebijakan perlindungan laut yang lebih kuat. Sebagai spesies sentinel, lumba-lumba mencerminkan kondisi ekosistem yang masih mendukung, namun juga bisa menjadi peringatan dini atas kerusakan lingkungan jika populasinya terganggu.

Ia menyebut bahwa momen ini bisa digunakan untuk memperkuat dasar ilmiah dalam penetapan zona perlindungan, memperketat regulasi terhadap aktivitas manusia yang merusak, serta meningkatkan dukungan publik dan politik terhadap upaya konservasi.

Dengan demikian, perlindungan terhadap lumba-lumba juga berarti menjaga keberlanjutan ekosistem laut secara menyeluruh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *