
“Kelinci belang sumatra ini kami temukan di salah satu hutan kawasan konservasi di Sumatera Barat, dan ini menjadi penting bagi dunia konservasi,” kata Ketua Tim Peneliti Universitas Negeri Padang (UNP) Sandi Fransisco Pratama di Padang, Sumatera Barat, Kamis (10/7/2025).
Sandi mengatakan penelitian tentang satwa endemik Sumatera ini sudah dimulai sejak Juli 2024 namun pemasangan kamera jebak baru dilakukan pada Desember 2024, dan terus berlanjut hingga Mei 2025.
Setiap bulan, para peneliti yang juga mendapat dukungan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbar itu terus memantau kamera pengintai apakah sudah membuahkan hasil atau belum.
Ia mengatakan, penelitian tersebut berangkat dari status konservasi kelinci endemik Sumatera yang saat ini dalam status kekurangan data atau data deficient.

Berangkat dari persoalan tersebut, tim peneliti yang juga melibatkan mahasiswa UNP merasa penting untuk menggali lebih banyak data tentang kelinci belang sumatra di kawasan hutan Sumbar.
“Apalagi, kelinci ini termasuk satwa yang paling langka di dunia dan kami merasa ini penting sekali bagi ilmu pengetahuan dan dunia konservasi,” ujarnya seperti dikutip Antara.
Selain melakukan penelitian satwa endemik di Pulau Sumatera, tim peneliti juga secara terus menerus mengedukasi masyarakat terkait dengan upaya konservasi spesies satwa dilindungi.
Langkah ini diharapkan lebih meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga serta melindungi satwa-satwa dilindungi, bahkan yang terancam punah di kawasan hutan.
Hingga saat ini para peneliti yang ikut terlibat langsung belum bisa mengidentifikasi jenis kelamin hingga perkiraan populasi kelinci belang sumatra yang ditemukan tersebut.
“Namun, penelitian lanjutan mengenai satwa nokturnal ini akan terus dilanjutkan mengingat pentingnya menjaga kesinambungan spesies atau populasi hewan bernama latin Nesolagus netscheri tersebut,” katanya.